Alkateri Lagi dan Lagi

Shabrina Nur Amalina
3 min readAug 19, 2022

--

Sebagai orang yang sering menghabiskan waktu di luar rumah untuk “berjalan-jalan”, terkadang saya masih kesulitan jika harus memberikan rekomendasi tempat yang perlu dikunjungi di Kota Bandung. Kesulitan ini datang karena saya terlalu memikirkan apakah orang tersebut akan menyukai hal-hal yang saya lakukan atau tidak. Padahal kalau mau beri tahu, tinggal beri tahu saja ya? Alhasil biasanya saya mengambil jalan keluar dengan memberi tahu tempat-tempat yang saya sukai beserta alasannya dan tempat-tempat yang sering orang kunjungi.

Lalu, tempat apa yang saya sukai di Kota Bandung?

Entah ada kaitan batin apa, tapi saya sangat suka dan tidak pernah bosan untuk main ke daerah Braga, Otista, ABC, Alkateri, Asia Afrika, Dalem Kaum, dan sekitarnya (dengan menyebutkan nama-nama jalan tersebut, bagi yang terbayang benang merahnya mungkin bisa menebak “sekitarnya” ini jalanan yang seperti apa). Sudah pasti saya bukan satu-satunya orang yang berkata demikian, karena banyak orang yang menyukai daerah kota lama atau daerah pecinan karena alasannya masing-masing.

Bagi saya, daerah ini membangkitkan memori masa kecil yang ketika dikunjungi setelah dewasa pun menghasilkan cerita baru yang patut diromantisasi. Akan panjang rasanya untuk menjelaskan alasan saya menyukai daerah ini. Oleh karena itu, saya akan bercerita “rasa suka” ini melalui salah satu kisah “jalan & jajan” di Alkateri, Bandung.

Jalan Alkateri, Bandung

Tekad untuk laptopan di luar pada Minggu pagi itu sangat kuat. Biasanya kalau tekadnya kuat, itu artinya ada sesuatu yang mendesak harus dikerjakan sebelum Senin. Kalau tidak, mungkin sisa akhir pekan ini akan dipakai untuk nonton Woo Young Woo atau apapun yang bisa ditonton. Sempat bingung harus pergi ke mana, akhirnya pilihan saya jatuh kepada Blue Doors Alkateri karena tiba-tiba membayangkan kursi tinggi tempat saya biasa duduk di sana. Ini bukan hanya soal Blue Doors (karena ada cabang yang lebih dekat dengan rumah saya), tapi juga soal Alkateri yang bisa membawa kaki ini ingin berkeliling.

Selama di motor sempat bingung dengan rute yang diambil oleh abang ojol karena seperti muter-muter. Namun setelah disadari, ternyata rute yang diambil lebih cepat! Hehe sebuah pelajaran untuk tidak buru-buru berburuk sangka. Sesampainya di Alkateri, saya tidak langsung menuju Blue Doors, akan tetapi berjalan sedikit menuju Masjid Jami Al-Falah dulu mengingat sudah masuk waktu Dzuhur.

Saya mengetahui masjid ini pertama kali ketika sedang makan di Warung Kopi Purnama dan mencari tempat shalat. Ketika diarahkan untuk masuk gang di antara kios Tahu Go dan Warung Kopi Purnama, saya sempat deg-degan karena suasananya waktu itu sepi dan rumah yang ada di sekitar tidak terlihat penghuninya. Setelah menyusuri jalan, saya kaget karena ada masjid besar di dalam gang. Jangan lupa untuk mampir ke masjid ini sambil berburu *hidden gem*.

Kali itu saya tidak mengambil jalur gang di sebelah Tahu Go, melainkan gang sebelum Warung Kopi Purnama (dari arah selatan), yang ada panah jendela pick-up order online.

Testimoni jalan kaki:
Jalannya lebih sepi, nggak ada orang sama sekali, kiri-kanan rumah atau halamannya lebih tertutup, seperti tempat meninggalkan gerobak atau bahan-bahan bangunan. Kurang direkomendasikan jika sedang berjalan sendirian seperti saya waktu itu. Lebih baik lewat gang yang sebelah utara Warung Kopi Purnama (sebelah Tahu Go).

— bersambung ke part 2

--

--

Shabrina Nur Amalina
Shabrina Nur Amalina

Written by Shabrina Nur Amalina

Senang bercerita tentang peran-peran dan maknanya dalam kehidupan~

No responses yet