Bersukaria Membuat Jurnal Visual

Belajar menuangkan perasaan dan pikiran dengan proses kreatif berbentuk visual

Shabrina Nur Amalina
4 min readAug 12, 2022

Pada suatu hari yang cerah, postingan tentang visual journal workshop dari akun Instagram Pustakalana melintasi timeline. Yang menarik perhatian pada awalnya bukanlah topik dari workshop tersebut, melainkan salah satu narasumber, Remadja Lapuk, yang akunnya sedang sering saya kunjungi. Spontan aku mengirimkan postingan ini kepada Kak Tissya, seorang teman yang memiliki ketertarikan dalam menulis dan juga konten Remadja Lapuk. Beruntungnya, Kak Tissya memiliki waktu yang pas untuk mengikuti workshop ini sehingga bisa berbagi kisah serunya kepada saya yang berhalangan hadir.

Berbicara soal visual journal, apa sih yang membuatnya berbeda dari journaling pada umumnya?

Mengutip dari postingan Pustakalana, jurnal visual sebenarnya serupa dengan jurnal tradisional. Alih-alih dituangkan dalam bentuk tulisan secara penuh, jurnal visual berisi gambar, sketsa, tulisan tangan, corat-coret, atau kliping foto dan hasil gunting-gunting dari majalah. Perasaan, pikiran, dan ide disalurkan dalam bentuk visual. Kelihatannya mungkin sederhana, tinggal tumpuk-tumpuk, tempel, dihias dengan coretan sedikit, lalu selesai. Namun setelah mencobanya pertama kali, ternyata tidak semudah itu, apalagi bagi saya yang terbiasa membuat jurnal dengan tulisan panjang lebar.

Visual Journal Workshop by Pustakalana Children Library, 2022.

Percobaan pertama saya dilakukan pada suatu pagi di Hari Minggu. Berkat ajakan Kak Tissya yang janjian dengan teman-teman dari visual journal workshop, saya memutuskan untuk bergabung dalam sesi journaling suka ria di Kyomi Space, Jalan Ir. H. Djuanda. Walaupun saya datang terlambat dari waktu janjian karena sempat overthinking memutuskan jadi pergi atau tidaknya, pada akhirnya saya datang juga. Sebuah prestasi karena berani mencoba hal di luar zona nyaman (mengurangi tulisan panjang lebar dan menggantinya dengan visual hehe).

Setelah memesan makanan dan minuman, Kak Odin, our visual journal guru, mulai mengeluarkan jurnal dan alat-alat perangnya. Sempat terkesima dengan betapa lengkapnya peralatan Kak Odin dan teman-teman yang lain, juga ketika melihat contoh-contoh jurnal visual yang sudah dibuat sebelumnya. Saya jadi teringat sepertinya dulu saya mengenal kegiatan ini dengan istilah “scrapbook”, itu pun sepertinya hanya pernah beberapa kali dilakukan ketika sekolah. Barulah saat itu saya tersadar, ternyata jarang juga saya bermain dengan kegiatan visual dan kreatif seperti ini.

Serba-serbi sticker, cap, washi tape dan kertas-kertas yang bisa digunakan untuk membuat jurnal visual.

Bagaimana rasanya mencoba visual journaling?

Selama kegiatan, saya sangat menikmati proses yang terjadi. Bahkan hanya dengan melihat teman-teman lain mengatur layout pada jurnal masing-masing, membuat layering, menempelkan dengan teliti, membubuhkan cap yang ada berbagai macam bentuknya, dan membuat tulisan pelengkap sudah sangat satisfying. Rasanya pasti berbeda ketika melihat prosesnya secara langsung dibandingkan dengan melihat banyak video pembuatan jurnal visual di Youtube.

Melalui pertemuan lalu, saya juga jadi tersadar bahwa sudah cukup lama saya tidak mencoba hal baru yang melibatkan proses kreatif seperti ini. Tipikal saya, ketika teman-teman yang lain sudah mengerjakan-bahkan hampir memenuhi halaman jurnalnya, saya masih bengong (lagi-lagi) overthinking memikirkan apa yang harus saya tempel, saya gambar, atau saya tulis di sebuah halaman kosong. Padahal Kak Odin sudah menyediakan kartu prompt sebagai stimulus. Sesungguhnya melakukan proses kreatif seperti ini adalah saatnya melepaskan diri dari beban pikirkan yang sering menghalangi untuk memulai sesuatu. Biarkan prosesnya mengalir, hargai setiap coretan, tempelan, atau gambar yang sudah dituangkan pada kertas.

Walaupun belum menyertakan banyak tempelan seperti yang teman-teman lain buat, saya cukup puas dengan jurnal visual yang saya coba buat di kesempatan ini. Saya yang lebih nyaman dengan menulis dan menggambar, pada akhirnya mencoba membuat sketsa dan juga tulisan seperti pada gambar sebelah kiri di bawah ini. Masih banyak space kosong, tapi akhirnya dibiarkan begitu saja dulu, agar suatu hari mungkin bisa terlihat perkembangan dari proses pembuatan jurnal visual ini.

Karya Shabrina (kiri) dan karya teman-teman lain (kanan)

Overall, pengalaman pertama visual journaling ini seru dan membuat ingin coba lagi! Perasaan hangat karena mencoba sesuatu untuk pertama kalinya lagi dan berkumpul dengan teman-teman baik yang sudah lama tidak bertemu maupun yang baru bertemu perlu disyukuri dan diabadikan dalam tulisan ini ❤

Mari mencoba membuat jurnal visual!

--

--

Shabrina Nur Amalina
Shabrina Nur Amalina

Written by Shabrina Nur Amalina

Senang bercerita tentang peran-peran dan maknanya dalam kehidupan~

No responses yet