Kenang-kenangan dari Tiga Perempat Jalan antara Bandung dan Jakarta

Tetap buka mata, hati dan telinga.

Shabrina Nur Amalina
4 min readApr 4, 2023

Ini cerita tentang perjalanan kemarin, perjalanan singkat dari Bandung ke Cisarua, Bogor, kira-kira tiga perempat jalan antara Bandung dan Jakarta via Puncak. Sebuah perjalanan di bulan ramadan dalam rangka mengikuti lokakarya perencanaan kuartal baru. Menariknya kali ini mendapat kesempatan jalan-jalan sambil memutar pikiran dari tim sebelah, bukan timku sendiri.

Sempat juga putar otak untuk mencari cara pulang ke Bandung di tanggal 5 April, tapi kepentok lokasi di Cisarua yang jauh dari mana-mana. Sebetulnya bisa sih ke Kota Bogor yang jaraknya hanya satu jam saja kemudian naik travel ke Bandung. Namun sungguh merepotkan diri sendiri karena bisa-bisa sampai Bandung baru dini hari dan berujung lelah di jalan. “Terlalu ngotot kamu Shab,” pikirku dalam hati. Akhirnya aku dan Retna, teman satu timku yang diundang juga, memutuskan untuk melepas kehendak diri yang sebetulnya membuat hati sesak sendiri.

Turunkan ego dan lembutkan hati lagi yuk. Belajar untuk let go, belajar untuk berbaik sangka lagi sama Allah.

Niatkan dari awal untuk berupaya menyambung silaturahmi dengan teman-teman yang sudah lama tidak ditemui, teman kuliah yang akhirnya sama-sama join eFishery tapi belum pernah bertemu lagi, belajar dari orang-orang keren dari divisi lain, juga menghidupkan kembali hati yang biasanya tergugah setiap kali bepergian ke luar kota.

Semakin ke sini semakin ingin berlatih berbaik sangka kepada Allah. Seringkali manusia ini masih ada rasa, sikap, ucapan secara lisan maupun di dalam hati yang terkesal-kesal atau menutup diri dari hal yang tidak kita harapkan. Hal yang padahal belum tentu baik atau buruk namun terlanjur “ditutup” karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.

— — —

Nyatanya, bertemu kembali dengan tempat-tempat dan wajah-wajah familier terasa menghangatkan dan magis. Akan tetapi di samping kemagisan tersebut, ada juga bagian perjalanan yang membuatku termenung di balik kaca mobil. Mobil kami melewati Cianjur sehingga kami bisa melihat bangunan yang terdampak bencana gempa November 2022 lalu, tenda-tenda pengungsian yang masih tegak berdiri, hingga perbaikan jalan yang rawan longsor. Semoga Allah mudahkan proses recovery daerah yang terdampak dan melindungi masyarakat yang ada di sana.

Perasaan nostalgic terasa sepanjang perjalanan ke Cisarua. Pada zamannya masih mudik ke Jakarta dan jalan tol Purbaleunyi/ Cipularang belum ada, keluargaku mudik melewati jalanan ini. Berhenti sejenak di Cipanas untuk mampir ke Sindang Laya, disambut dengan handuk panas yang menghapus sedikit lelah perjalanan dengan menu andalan nasi tim. Belum lagi melihat Istana Cipanas yang super megah, sambil membayangkan sepercik angan, seperti apa ya suasana di dalamnya ketika ada acara kebudayaan dan undangan acara apa yang membuatku bisa datang bermain ke halamannya.

Perjalanan dilanjutkan melewati RSUD Cimacan di mana aku pernah mengantar ibu, lalu memasuki kawasan kebun teh Puncak, Masjid Atta’awun, dan sederet warung yang menyediakan cemilan dan minuman hangat. Sinar matahari sore menembus awan setelah hujan, deretan plang “Vila Kamar Ada” membuat pikiran macam-macam, patung satwa di belokan Taman Safari menyambut, dan deretan kios sangat ramai menunggu dagangannya laris diborong menjelang buka puasa.

Entah di bulan selain ramadan memang seramai ini juga atau tidak, tapi kemarin seru sekali melihat beragam jajanan dan orang-orang yang berlalu lalang, termasuk mereka yang rela mengantre Mixue dari jam empat sore ketika kami melewatinya. Terima kasih kepada toko oleh-oleh yang khas memajang puluhan manisan, keripik, hingga buah yang lucu dan pasar-pasar yang dilewati yang menambah suasana ramadan menjadi semakin menghangatkan hati.

Sesampainya di vila, satu per satu muka yang tidak asing bermunculan. Saatnya bertukar kabar dengan teman yang sudah lama tidak jumpa sambil menunggu buka puasa! Ada juga orang-orang yang biasanya hanya bertemu via suara, akhirnya bisa melihat mukanya secara langsung juga 😁

Saat maghrib, aku dan Retna mendapat kenang-kenangan baru dari perjalanan ini. Pemandangan dari rooftop villa kami masya Allah sekali. Langit senja yang sudah menuju gelap, Gunung Gede yang mencuat menembus awan, bulan, bintang, sampai pemandangan yang jauh entah mengarah ke mana sangatlah indah!

Semoga perjalanan ini tidak hanya menghidupkan memori dan semangat bepergian, tapi juga mencapai tujuan awal yaitu menyusun perencanaan kuartal dua yang selaras antar tim. Tetap berbaik sangka dengan Sang Pencipta ya, semoga perjalananmu juga dimudahkan!

--

--

Shabrina Nur Amalina
Shabrina Nur Amalina

Written by Shabrina Nur Amalina

Senang bercerita tentang peran-peran dan maknanya dalam kehidupan~

No responses yet