Makna Tiga Tahun Tiga Bulan

Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik kalau kata d’Masiv

Shabrina Nur Amalina
5 min readMar 19, 2024

Bismillahirrahmanirrahim… Mari kita awali hari kedua dengan basmalah.

Waktu menunjukkan pukul 22.38 WIB, kurang dari 90 menit dari tenggat waktu pengumpulan tulisan. Mandi sudah, shalat sudah, bernapas sudah, pakai kaos hitam dengan sablonan logo kantor berwarna putih dan hijau toska juga sudah.

Ditemani segelas air putih hangat, lengkap sudah perbekalan menulis malam hari ini. Kaos kantor menjadi penting karena hari ini kembali dipertemukan dengan tema tahunan yang mengajak penulis bercerita apapun tentang dirinya dan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi budidaya perikanan ini.

Tiga tahun aku ikut program klub menulis dan hari ini baru sadar ternyata hanya ada dua tulisan dengan tema ini. Yang terlewat adalah tahun lalu, mungkin masih bingung mau nulis apa walaupun sudah nongkrong di depan laptop membaca tulisan orang-orang hingga pukul 23.59 WIB. Tahun ini alhamdulillah sudah dapat inspirasi mau nulis apa, yang mau aku rangkum dulu dalam satu ucapan yaitu alhamdulillah.

Dalam perjalanan selama tiga tahun tiga bulan di sini, ada kalanya rasa kesal, tertekan, jenuh, hingga sesak membuatku lupa untuk mensyukuri langkah-langkah kecil yang sudah dilewati. Pencapaian kecil yang dulu terasa “besar” seakan terlupakan, padahal apa sih yang mau dikejar? Ada lho kali pertama tiba-tiba muncul pertanyaan di siang bolong. Aku tuh emang ngerjain ini buat apa sih? Perasaan seperti ini cukup mengusik jiwa idealis yang sebenernya nggak idealis-idealis amat juga. Pokoknya sempat ada masa-masa resah yang membuatku mencari kembali panggilan jiwa, juga reasons that keep me going.

Bagaimana cara menemukan kembali panggilan jiwa ini?

Salah satu pertolongan pertama pada kegalauan versiku adalah: menelusuri kembali artefak selama tiga tahun ke belakang seperti tulisan, catatan di buku, foto, hingga dokumen individual narrative yang dulu pernah diwajibkan oleh Mas Ahmad 'Ans' Syuhada setiap kuartalnya.

Salah satu artefak yang memorable

Betapa kangennya ketika membaca ulang dokumen versi Q4 2021 karena narasinya mencerminkan seorang anak yang riang gembira atas langkah kaki pertamanya, yang membuat ia ketagihan untuk mencoba langkah-langkah berikutnya meskipun masih ada ragu dan takut. Akan tetapi keyakinannya didukung dan dijaga oleh kotak pasir yang siap menjadi daratan aman untuk berbagai proses kreatif dan eksperimental yang seru. Tempatnya eureka moment ditemukan dan dirayakan bersama. Tempat orang-orang saling bantu apa yang bisa dibantu, dengan intensi kepentingan bersama.

Lantas, apakah panggilan dua tahun yang lalu itu masih ditemukan di saat ini?

Jawabanku:
Selama nilai-nilai itu bisa ditemukan kembali dengan cara apapun (termasuk nostalgia dengan tulisan lama), itu pun sudah cukup sebagai bahan untuk reset our intention. Dan ternyata setelah dipikir-pikir, keadaan sangat mungkin untuk berubah, sehingga tantangannya adalah bagaimana menciptakan ruang aman agar kita bisa memberikan kontribusi terbaik, lebih baik lagi jika bisa melibatkan hati. Kita semua tetap perlu telaga di tengah apapun yang terjadi, bukan?

Cara-cara kecil yang bisa membuatku menemukan makna dalam pekerjaan sehari-hari

Maaf kalau judulnya agak sok iye, tapi ini seperti hansaplast sekaligus vitamin C buatku he he.

  1. Mengingat tujuan
    Masing-masing dari kita pasti punya motivasi dan tujuan pribadi. Apapun itu semoga halal dan thoyyib, dan semoga bisa membantu kita untuk bangun dan bekerja di keesokan hari. Kesejahteraan keluarga, kemapanan dan pengembangan diri, ketercapaian bucket list, kebermanfaatan pada sekitar, mangga diingat-ingat dan dilanjutkan.
  2. Tetap yakin dan jangan menyerah ̶m̶e̶s̶k̶i̶p̶u̶n̶ ̶s̶a̶m̶b̶i̶l̶ ̶m̶e̶n̶a̶n̶g̶i̶s̶
    Kalau kata Ustadz Hanan Attaki, usaha fisik atau usaha duniawi memang bisa mentok. Namun perihal keyakinan dan harapan, coba gantungkan kepada Ia yang menguasai langit, bumi dan seisinya. Namanya makhluk, hanya bisa berencana dan berusaha semampunya. Ketika menemukan kebuntuan, coba tinggalkan sejenak, let it go, kemudian ajak ngobrol orang-orang yang sekiranya bisa membawa pencerahan, tentunya sambil optimis kepada Yang Di Atas. Tanpa kita sadari, jawaban dari anggota tim atau orang di tim lain merupakan perpanjangan tangan-Nya yang menolong kita ketika sudah ingin menyerah.
  3. Mau mulai dari nol, dan hargai prosesnya satu per satu
    Dalam kasusku sebagai tim penjaga product payment, mendorong adopsi penggunaan tools agar proses pembayaran lebih terstandardisasi sudah dilakukan sejak ̶z̶a̶m̶a̶n̶ ̶d̶a̶h̶u̶l̶u̶ ̶k̶a̶l̶a̶ 2021. Terus kenapa nggak beres-beres? Sangat mungkin karena aku tidak sejago Avatar, but hey Avatar juga perlu melalui tiga buku untuk menguasai semua elemen. Belum menyelesaikan semua buku bukan berarti tidak ada perkembangan bukan? Mengingat di tengah perjalanan dari yang awalnya hanya ada tiga buku bisa bertambah menjadi delapan buku, mari syukuri buku-buku yang telah kita selesaikan dan jangan takut menjelajahi lembaran buku baru.
  4. Mindset “What can I help?
    Prinsip gotong royong dan bantu meringankan beban orang lain masih jadi pegangan sampai saat ini. Motivasi menyelamatkan jari-jari tim lapangan dan jam tidur teteh finance yang sedang mengandung di tahun 2021 lalu bisa jadi sangat personal, tapi betul-betul menjadi bakaran semangat hingga fitur yang dibutuhkan terwujud dan bisa dipakai. Sebagai tim yang produknya bersifat backbone bagi proses bisnis di tim lain, aku dan tim perlu memiliki nilai “serving” yang baik. Membantu apa yang bisa dibantu dan selalu melihat suatu isu secara holistik walaupun nantinya ranah penyelesaian berada di tim lain. Dengan mindset ini, harapannya bisa terbangun komunikasi yang kolaboratif dan konstruktif, namun tetap memiliki batas yaitu membantu sesuai yang ada dalam kontrol kita.
  5. Sediakan ruang aman untuk berkreasi, menyuarakan pendapat dan merayakan proses bersama, sekecil apapun itu
    Pada kondisi perusahaan dengan bisnis yang semakin besar, tantangan untuk memberikan kesempatan trial & error dengan mempertimbangkan aspek efektivitas dan efisiensi juga semakin besar. Sebelum membuat sesuatu, kita perlu lebih aware terhadap risiko dari berbagai sisi dan “dampak” yang diproyeksikan. Hal ini bisa membawa discouragement karena ruang membuat kesalahan semakin sempit dan lebih banyak hal yang perlu dipikirkan dan dipertaruhkan. Cara menyiasatinya, kita bisa membuat kesepakatan dengan tim untuk sama-sama membangun environment yang aman dan konstruktif, di mana setiap challenge yang kritis bertujuan untuk menyelaraskan ke tujuan bersama, juga setiap ide dan keputusan yang diambil nantinya perlu dipertanggungjawabkan dan dirayakan bersama, apapun itu hasilnya. Oleh karena itu, menurutku menyamakan suhu dalam tim sangat penting dan patut diupayakan.
Dua penggal artefak dari dua tahun (plus-plus) yang lalu

Demikian cerita yang bisa aku bagikan dari perjalanan bekerja selama tiga tahun tiga bulan sembari mencari kebermaknaan di antaranya. Biar lebih afdhol, mari kita tutup dengan theme song yang satu aliran dengan tulisan ini.

Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik

--

--